Photobucket SELAMAT DAN SUKSES BAPAK H. BADALSYAH, S.HUT SEBAGAI SEKRETARIS BKPP YANG BARU Photobucket BKPP KOTA SUBULUSSALAM MENGUCAPKAN SELAMAT TAHUN BARU 2013 SEMOGA DI TAHUN 2013 NANTI KITA MENJADI JAUH LEBIH BAIK LAGIPhotobucket MUSIM HUJAN DI SUBULUSSALAM MEMBUAT BANJIR DI SEBAGIAN WILAYAH KOTA SUBULUSSALAM PhotobucketH. BADALSYAH, S.HUT : SAYA BERJANJI AKAN MEMBENAHI SELURUH SISTEM DI KANTOR SAYA, AGAR MENJADI LEBIH BAIK LAGI AGAR PELAYANAN PRIMA KEPADA MASYARAKAT DAPAT BERJALAN DENGAN BAIK Photobucket BKPP KOTA SUBULUSSALAM BERBENAH = Photobucket PROGRAM BKPP HARUS TEPAT SASARAN Photobucket

Kamis, 03 Januari 2013

Ketahanan Pangan Indonesia Masih Lemah
 
Bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah, tempe merupakan lauk yang istimewa sebagai pengganti daging. Namun, tempe sulit ditemukan di pasaran belakangan ini. Bak makanan istimewa, harga tempe dan kedelai di Tanah Air melambung seiring persoalan kekeringan yang dialami Amerika Serikat.

Direktur Pelayanan Publik Perum Bulog, Agusdin Faried, mengatakan seharusnya Indonesia mampu swasembada tempe. Dia menilai lemahnya ketahanan pangan Indonesia menjadi salah satu penyebab terganggunya suplai pangan di dalam negeri. “Pengaruh dari Amerika Serikat ini menandakan lemahnya ketahanan pangan kita,” ujarnya dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (28/7).

Bulog sendiri memiliki peran sentral sebagai stabilitator harga. Agusdin menyatakan siap jika pemerintah menunjuk Bulog untuk melakukan impor kedelai sebagai upaya menstabilkan harga kedelai. Dia menekankan, sejak perubahan nama menjadi Perum, Bulog memiliki dua sisi yaitu sebagai penstabil harga, tetapi juga mengejar keuntungan dari sisi komersil.

“Sebagai lembaga yang memikirkan sisi komersil, maka pembiayaan Bulog sekarang ini tidak menggunakan uang negara, melainkan didapat melalui kredit dari perbankan,” katanya.

Terpisah, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan pemerintah siap mendukung Bulog untuk berperan dalam menstabilkan harga komoditas kedelai. Saat ini, katanya, sudah ada upaya pembicaraan terkait hal tersebut. Jika hal itu disetujui, katanya, Bulog nantinya akan menjadi penyangga atau buffer stock selain komoditas beras.

“Jika tujuannya untuk menstabilkan harga kedelai seperti halnya komoditas lain, seperti beras tentunya kita mendukung,” ujarnya.  

Gita menjelaskan, melonjaknya harga kedelai dikarenakan pasokan tidak seimbang dengan permintaan, menyusul faktor anomali cuaca yang terjadi di beberapa negara pemasok kedelai, sehingga berpengaruh pada hasil panen komoditas tersebut.

Konsumsi kedelai di Tanah Air, katanya, mencapai 2,6 juta ton per tahun, sedangkan produksi dari dalam negeri baru mencapai 850.000 ton per tahun. Untuk memenuhi kekurangan pasokan tersebut, harus didatangkan kedelai dari beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Brasil dan beberapa negara lainnya.

“Akan tetapi, ketika terjadi anomali cuaca di beberapa negara pemasok kedelai, kita akan terbelenggu karena harga jual kedelai naik,” katanya.

Mendag setuju untuk mengurangi ketergantungan terhadap kedelai impor tersebut, maka tingkat produksi kedelai di Indonesia harus ditingkatkan. Minimnya jumlah produksi kedelai di Tanah Air, karena harga jual kedelai lokal dinilai para petani terlalu murah dan tidak sebanding dengan biaya produksinya.

Belum lagi, petani sempat terpuruk setelah masuknya kedelai impor karena harga kedelai lokal kalah bersaing dengan kedelai impor yang lebih murah. Agar petani tertarik menanam tanaman kedelai, kata Gita, pemerintah harus turut berperan terutama menjamin kestabilan harga jual kedelai, khususnya ketika memasuki musim panen.

Wakil Ketua Komisi IV DPR Firman Subagio mengatakan, saat ini masih banyak lahan-lahan yang dikuasai oleh para spekulan. Hal ini membuat petani kesulitan memperoleh lahan dan menjadi hambatan peningkatan pangan, terutama kedelai. Apalagi, kedelai telah memasuki pasar bursa sehingga rawan permainan oleh para spekulan.

“Ironisnya, kenapa pemerintah tidak segera bertindak terhadap para spekulan ini,” kata Firman.

Dia menambahkan, masalah kelangkaan pengan di Indonesia sepertinya sudah menjadi tradisi setiap tahun menjelang lebaran. Parahnya lagi, kelangkaan selalu dibarengi dengan kenaikan harga. Sebagai solusi, ia meminta pemerintah segera merevisi UU Agraria.

"Dari tahun ke tahun masalah yang sama selalu terjadi. Salah satu solusi untuk pemerintah mungkin dengan merevisi UU Agraria,” ujarnya.

Kelompok Tani Organik Sarinah, Beras Organik Jadi Andalan

REPUBLIKA.CO.ID,Kelompok Tani Organik Sarinah merupakan kelompok tani yang peduli terhadap kesehatan tanah, air, dan lingkungan menjadi petani yang mandiri dimana produksinya dapat dibuat sendiri dengan memanfaatkan kearifan lokal dan menghasilkan produk yang sehat yaitu dengan cara budidaya tanaman padi yang intensif dan efisien dengan proses manajemen sistem pekarangan yang berbasis pada pengelolaan tanah, air dan tanaman.

Kebijakan umum pembangunan pertanian yang telah ditetapkan adalah pendekatan keterpaduan, yaitu pendekatan sistem agribisnis, keterpaduan antara pembangunan pertanian dan perekonomian pedesaan secara berkelanjutan serta pendekatan yang memperhatikan keberadaan petani, sumber daya alam dan lingkungan.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh Kelompok Tani Organik Sarinah adalah Budidaya Padi Organik. Adapun jenis padi yang dibudidayakan adalah berbagai jenis varietas padi sawah seperti Aek Sipundong, Inpari 5, Inpari 13 Ciherang dan Sarinah.

Identitas Pelaku Usaha:
Nama Pelaku Usaha : Kelompok Tani Organik Sarinah
Alamat:    Jl. Raya Laswi No.757 Ciparay, Bandung Prop. Jawa Barat
Produk:    Beras Merah dan Beras Putih Organik
Pemasaran: Pasar Modern dan Konsumen langsung
Telepon/Fax: (022) 5953182
Email         : -
Pimpinan: Tuti Waryati (0815 605 7009) (adv)

Sabtu, 29 Desember 2012

Beras yang dihasilkan dari tanaman padi merupakan makanan pokok penduduk Indonesia. Di Indonesia  beras bukan hanya sekedar komoditas pangan, tetapi juga merupakan komoditas strategis yang memiliki sensitivitas politik, ekonomi dan kerawanan social yang tinggi. Demikian tergantungnya penduduk Indonesia pada beras maka sedikit saja terjadi gangguan produksi beras, pasokan menjadi terganggu dan harga jual meningkat.
Berdasarkan laju pertumbuhan penduduk Indonesia sangat tinggi tidak sebanding dengan meningkatnya produksi beras setiap tahun, pertambahan penduduk per tahun 1,25 % dengan peningkatan produksi beras  per tahun hanya 0,4 %. Berdasarkan realitas diatas, penduduk Indonesia sangat memerlukan peningkatan produksi padi yang signifikan. Salah satu solusinya adalah melalui pengembangan teknologi Padi Hibrida.
Penanaman padi hibrida dipelopori oleh China. Padi Hibrida pertama dihasilkan pada tahun 1974. China dapat mencapai swasembada dengan lahan per kapita terkecil dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.
Padi Hibrida berpotensi hasil 70 – 100 % lebih tinggi dari pada padi biasa (9 – 12 ton/ha). Keunggulan padi hibrida adalah umur pendek (90 hari), tahan tanah asam, cocok untuk daerah dengan bulan basah sangat pendek ataupun dengan periode pengariran terbatas. Padi hibrida telah berhasil diterapkan secara komersial dinegara-negara tetangga, yang juga merupakan negara tropis seperti Indonesia, antar lain : Philipina, India, Vietnam dan berhasil meningkatkan produktivitas beras 15 – 25 %

Mungkin anda semua tau makanan masyarakat Indonesia pada jaman penjajahan dulu, di masa itu masyarakat kita masih jarang yg makan nasi, karna mungkin pada masa tersebut nasi merupakan makana yg tergolong mahal, namun mereka tidak menyerah untuk bisa mengisi perut mereka. Singkong termasuk makanan pokok masyarakat Indonesia pada jaman dahulu, dan sekarang pun sudah tidak lagi menjadi makanan pokok karna nasi sudah bisa kita beli. Namun di balik semua itu, ternyata "singkong" bisa menjadi penyelamat kita.
Dikutip dari : National Geographic Indonesia
Sejumlah ilmuwan dari International Centre for Tropical Agriculture, Kolombia yang melakukan studi bertajuk Climate Change Agriculture and Food Security Research Programme mengungkapkan bahwa singkong, bisa jadi “Rambo” di kalangan bahan makanan.

Peneliti menyebutkan, tanaman yang sering diabaikan ini justru lebih produktif pada kondisi temperatur yang lebih panas, dan bisa menjadi harapan satu-satunya bagi para petani Afrika yang terancam oleh perubahan iklim.

Dalam laporan yang dipublikasikan di jurnal Tropical Plant Biology, singkong sendiri merupakan sumber karbohidrat kedua yang biasa dikonsumsi oleh penduduk kawasan sub-Sahara, Afrika, setelah jagung. Dia dimakan oleh sekitar 500 juta orang per harinya. Singkong juga mampu bertahan jauh lebih baik dibandingkan dengan kentang, jagung, kacang, pisang, jawawut, dan gandum dalam studi yang menggunakan kombinasi 24 model prediksi daya tahan tanaman dan perubahan iklim.

“Singkong merupakan tanaman yang paling tahan, seperti Rambo di kalangan bahan makanan,” kata Andy Jarvis, pakar perubahan iklim yang mengetuai penelitian. “Dia mampu bertahan terhadap perubahan iklim seperti apapun yang terjadi,” ucapnya.

Jarvis menyebutkan, singkong mampu bertahan di temperatur tinggi. Dan jika musim kering datang, ia akan mematikan diri sampai hujan kembali turun. “Tak ada tanaman lain yang mampu memiliki level ketahanan seperti ini,” ucapnya. “Dia mampu tumbuh di tanah berkondisi buruk dan hanya sedikit air,” sebut Jarvis.

Peneliti menyebutkan, pada tahun 2030, temperatur akan 1,2 sampai dua derajat Celsius lebih panas dibanding saat ini. Jika dikombinasikan dengan perubahan pola curah hujan, maka singkong akan menjadi tanaman satu-satunya yang bisa bertahan.

Para ilmuwan berharap, temuan mereka ini akan mendorong komunitas ilmiah untuk fokus melakukan studi terhadap umbi-umbian tersebut. Sebagai informasi, penelitian seputar singkong selama beberapa dekade terakhir sangat tertinggal jauh dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan terhadap bahan makanan lain seperti jagung, beras, dan gandum.


ilustrasi
Oleh : D. Orlando. "The current situation in the world food markets, characterized by sharp increaces in maize, wheat and soybean prices, has raised fears of a repeat of the 2007-2008 world food crisis. But swift, coordinated international action can stop that from happening. We need to act urgently to make sure that these price shocks do not turn into a catastrophe hurting tens of million over the coming months"
(Joint Statement from FAO, IFAD and WFP – Roma, 04/09/12) Harga komoditas pangan
yang mulai bergerak naik bulan-bulan terakhir ini telah menjadi perhatian serius masyarakat global. Pergulatan ini tentunya akan terus berlangsung di tengah ancaman ledakan penduduk dunia dan semakin terbatasnya lahan pangan. Efek domino perubahan iklim juga turut menjadi ancaman serius. Persoalan pangan ini pastilah bertambah rumit bila kepentingan energi juga mulai diikutsertakan. Bila ini diabaikan, bencana kelaparan akan muncul.

Persoalan Pangan Global dan Indonesia

Dampak terbesar dari naiknya harga komoditas pangan adalah negara-negara miskin, berkembang, dan berbasis impor. Bagi negara-negara tersebut, kenaikan harga sekecil apapun berarti pengeluaran biaya yang lebih besar untuk konsumsi makanan. Pengeluaran biaya konsumsi makanan yang lebih besar juga berarti berkurangnya porsi pengeluaran untuk perumahan, pendidikan, dan kesehatan.

Lantas, bagaimana dengan kondisi di Indonesia? Takagi dan Silva (2011) menyebutkan bahwa tren kerawanan pangan pada kenyataannya terjadi di semua belahan bumi, terkecuali di Amerika Selatan. Ancaman krisis pangan utamanya terjadi di Asia Pasifik, dan Subsahara (Afrika).

Laporan FAO pada 2010 bahkan menyebutkan bahwa hampir 90% bencana kelaparan dunia berlangsung di kedua benua ini. Lebih lanjut, walaupun Afrika mendapat perhatian khusus, bukan berarti Asia (khususnya Indonesia) bebas dari ancaman krisis pangan. Tingginya jumlah penduduk, melemahnya pertanian nasional, mahalnya harga pangan, dan ketergantungan impor pangan yang besar berpotensi menjadi bom waktu.

Menarik kita cermati pula laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2012. Laporan BPS menyebutkan bahwa penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2012 mencapai 29,13 juta jiwa (11,96%). Angka ini diklaim berkurang sebesar 0,89 juta jiwa bila dibandingkan dengan Maret 2011 (12,49%). Tren penurunan kemiskinan juga positif bila dibandingkan pada 2010, yakni sebesar 31,02 juta jiwa (13,33%).

Persoalan kemiskinan jelas bukan lagi hanya sekedar berapa berkurangnya jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang juga perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain memperkecil jumlah, penanggulan kemiskinan juga berarti mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.

Tren positif berkurang jumlah dan persentase penduduk miskin nyatanya juga diikuti penurunan Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan. Secara berturut-turut, indeks turun dari 2,08 menjadi 1,88 dan dari 0,55 menjadi 0,47 pada kurun periode yang sama. Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasi bahwa ada peningkatan pengeluaran penduduk miskin yang semakin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin yang juga semakin kecil.

Namun, perhatian serius tetap perlu diberikan. Pada laporan yang sama pula, terlihat jelas bahwa peranan komoditi makanan terhadap Garis kemiskinan sangat nyata, yaitu sebesar 73,50%. Kembali, beras menempati urutan pertama komoditi makanan yang sangat mempengaruhi Garis Kemiskinan disusul rokok kretek filter, telur ayam ras, gula pasir, tempe, tahu, mie instan, dan bawang merah. Sampai pada titik ini, terlihat jelas bahwa penduduk Indonesia tidak kebal krisis jika terjadi gejolak pada pertanian global.

Urgensi Pembangunan Pertanian

Penting untuk diingatkan kembali bahwa negeri ini mempunyai ketergantungan yang tinggi pada pangan impor. Indonesia bergantung pada impor sebesar 100 persen untuk gandum, 78 persen kedelai, 72 persen susu, 54 persen gula, dan 20 persen daging sapi (Kompas, 30/07/12). Memang tidak mungkin sebuah negara sanggup sepenuhnya memenuhi kebutuhan dalam negeri secara mandiri. Namun, juga kurang bijak apabila menyerahkan pangan-pangan strategis nasional ke dalam mekanisme pasar bebas. Kerawanan dapat terjadi kapan saat karena gejolak harga.

Masalah pertanian di dalam negeri juga tidak kalah banyaknya. Selain karena kondisi kepemilikan lahan petani yang sempit, laju konversi lahan juga berlangsung drastis. Luas konversi lahan sawah ke non sawah mencapai 187.720 ha per tahun, dengan rincian alih fungsi ke non pertanian sebesar 110.164 ha per tahun dan alih fungsi lahan ke pertanian lainnya sebesar 77.556 ha. Adapun alih fungsi lahan kering pertanian ke non pertanian sebesar 9.152 ha per tahun (BPS, 2004). Ini tentu berimplikasi nyata pada penurunan kapasitas produksi pangan dan mengancam ketahanan pangan.

Tantangan sektor pertanian tentu akan bertambah seiring berkembangnya zaman. Sektor pertanian telah menjadi tumpuan pembangunan peradaban. Berangkat dari pemahaman diatas, maka strategi pembangunan pertanian mutlak diperlukan. Silakan saja melibatkan studi lintas sektoral, para ahli hingga mengadopsi keberhasilan negara tetangga dalam memaknai strategi pembangunan ini.

Investasi di bidang pembangunan pertanian menjadi harga yang tidak dapat ditawar lagi. Investasi pertanian menjadi sangat penting guna pencapaian ketahanan pangan yang berkelanjutan. Fokus pembangunan pertanian dapat dimulai dari penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, peningkatan manajemen pengolahan pangan, dan pemanfaatan riset.

FAO bahkan menegaskan pentingnya investasi pertanian yang dikombinasikan dengan jaminan keamanan sosial. Artinya, selagi menunggu buah dari investasi yang dilakukan, penduduk miskin tetap mendapat jaminan akan akses pangan.

Penutup

Kita semua sadar bahwa pembangunan pertanian memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Untuk mencapai hasil maksimal, mutlak diperlukan kerjasama dan koordinasi lini terkait. Partisipasi aktif dari semua pihak pun menjadi penting.

Terakhir dan yang tidak kalah pentingnya adalah keberanian, ketegasan, dan keseriusan pemerintah dalam keberpihakan kepada petani. Tanpa keberanian, mimpi ketahanan pangan nasional hanya akan semakin buntu. ***

Penulis adalah alumni Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian UGM. Email: jan_sparcow@yahoo.com .

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo